RSS

Fanfic - Please Don't Go (Part 1)

Haha..
I'm back,,*kyak ada yg nungguin aja.. :'(
luamma ya aku gk jenguk blog q,*gk juga
kali ini aku kembali dengan fanfic yang lagi-lagi gaje,
tak apalah,namanya juga fanfic,jadi biar lah klo ceritanya gak masuk akal,,,
Happy  reading ^^


Judul     : Please Don’t Go,,,
Genre   : Ngaco dan gaje…(gak pernah bisa nentuin genre)
Author  : Zie
Cast       : Choi Minho
                  Kim Hyun Jae
                  Kim Kibum
                  Park Eun Hee
                  Sung Yongri
                  And the other cast…

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
                Tidak biasanya Hyun Jae berjalan sendiri tanpa chingudeul nya, Eun Hee dan Yongri. Tapi bukanlah hal yang tak biasa jika tahu sebelumnya Hyun Jae baru saja keluar dari perpustakaan. Mana mungkin kedua chinggudeul nya itu bisa duduk berlama-lama dalam ruangan tanpa bisa berbicara dengan bebas.
 “Hyun Jae”  teriak seorang namja dari arah belakang.
          Hyun Jae memalingkan tubuh nya dengan malas. “Kali ini sogokan mu apa?” tanya Hyun Jae yang sudah hafal dengan kebiasaan Dong Wook.
              “Kali ini aku tidak membawa apapun, tapi nanti akan aku ganti. Kau mau apa?”
              “Sudahlah, tidak perlu. Kau mau aku melakukan apa?”
              “Tidak, aku hanya mau bertanya. Kira-kira Eun Hee lebih suka tas dengan merk Bulgary atau Louis Voitton?”
            Belum sempat Hyun Jae menjawab pertanyaan dari Dong Wook, Yong Jae sudah menyerobot tempat Dong Wook dan berada di depan Hyun Jae.
                “Tolong berikan ini kepada Eun Hee” ucap Yong Jae.
                “Hei, aku belum selesai berbicara dengan Hyun Jae” bentak Dong Wook pada Yong Jae.
              “Mulai lagi” kata Hyun Jae sambil berlalu pergi meninggalkan Dong Wook dan Yong Jae yang masih saja bersua.
                “Hyun Jae” sapa seorang namja sambil menepuk bahu Hyun Jae.
                “Jinki, apa lagi? Kau mau menitipkan puisi lagi?”
                “Iya” kata Jinki tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
                “Bukankah aku sudah bilang, Yongri lebih menyukai namja yang menyatakan cinta nya secara langsung. Bukan melalui surat seperti ini” ujar Hyun Jae menasihati Jinki.
                “Tidak apa, serahkan saja surat ku padanya” ujar Jinki yang kembali tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya.
                “Baiklah, aku beritahu kau. Diantara semua namja yang memberi kado terhadap Yongri, Yongri lebih menyukai puisimu, tapi bagaimana bisa kau tidak pernah menyatakan cinta secara langsung terhadap nya. Kau selalu saja mengiriminya puisi. Seharusnya kau menyatakan secara langsung”
                Jinki tersenyum kembali, matanya yang tidak terlalu besar berubah menjadi sebuah garis tipis.
                “Hyun Jae” ujar dua orang namja yang berdiri sambil mengatur nafas nya karena baru saja berlari. Nafas mereka ngos-ngosan. Jinki menjauh dari mereka berdua.
                “Habis berlari dari kejaran siapa?” tanya Hyun Jae sedikit mengejek.
                “Kalau aku tidak berlari, kau mungkin akan kabur lagi dari kami”
                “Baiklah, Yong Jae kemarikan hadiah mu untuk Eun Hee” ujar Hyun Jae menyambut hadiah dari Yong Jae untuk Eun Hee. “Dan kau Dong Wook, Eun Hee lebih menyukai produk dalam negeri dibandingkan barang bermerk dari luar negeri” kata Hyun Jae sambil berlalu pergi.
***
Eun Hee’s POV
                Yongri dan aku duduk makan di café kampus sambil menunggu Hyun Jae. Hari ini Hyun Jae sudah berjanji kepada kami untuk memilihkan kami baju. Meskipun kami berteman, Hyun Jae seperti seorang ketua bagi kami. Sejak pertama kali berteman sekitar 2 tahun yang lalu, Hyun Jae sudah membantu aku dan Yongri memilih baju dan kosmetik yang baik, bahkan Hyun Jae yang mengajari kami memakai riasan di wajah. Tadi nya aku pikir kami hanya dijadikannya sebagai kelinci percobaan karena dia sendiri tidak memakai riasan sedikitpun di wajahnya, tapi tidak. Hasil riasannya di wajah ku dan Yongri benar-benar membuat wajah kami semakin cantik.
                “Eun Hee, ini untuk mu. Dari Dong Wook” kata Hyun Jae menyerahkan sebuah bingkisan kecil berwarna merah muda dengan pita warna merah kepadaku. “Ini untuk mu,” ucap Hyun Jae sambil menyerahkan sepucuk surat yang sudah pasti berisi puisi kekaguman Jinki pada Yongri.
                “Para fans kalian sungguh membuat ku repot,” ujar Hyun Jae sambil menyeruput jus milikku.
                “Maaf. Maafkan kami. Lagi pula kau sendiri kan yang membuat kami menjadi sepopuler sekarang?” kata ku dengan bangganya menyatakan bahwa kami begitu populer. Tapi tidak salah, kami memang tiga yeoja populer dikampus. “Ya kan Yongri?” tanya ku pada Yongri untuk mendapatkan dukungan.
                “Yongri” kataku lagi kepada Yongri yang tidak mendengarkan pembicaraan ku karena sedang asyik membaca surat dari Jinki. ‘Yongri!!!’ gerutu ku dalam hati sedangkan Hyun Jae, dia hanya tertawa melihat tingkah kami.
End of Eun Hee’s POV
***
                Minho berjalan menyusuri jalan yang disediakan bagi mahasiswa untuk berjalan menuju kelasnya masing-masing. Dia sedang melihat-lihaat kampus barunya. Dia berjalan tidak hanya sendiri, ada Taemin yang menemaninya.
                “Nah, disana adalah cafe. Karena ini hari pertama mu kuliah disini, bagaimana kalau kau mentraktir ku makan?”
                “Baiklah” sahut Minho menyetujui pendapat Taemin.
                Sampainya didepan cafe, mata Minho yang bulat tertuju pada sebuah pemandangan yang memanjakan mata*apasih??. Tiga yeoja cantik duduk di sebuah meja yang terletak di sudut café itu.
                “Disini saja” kata Taemin menarik Minho untuk duduk di bangku yang tepat menghadap kearah para bidadari tersebut. Bidadari yang pertama cantik dengan bibir nya yang merah serta hidung nya yang mancung. Bidadari yang kedua memiliki mata indah yag terus saja terpaku pada sepucuk kertas yang dipegangi nya dan dipandangi nya dengan wajah tersipu malu. Bidadari yang terakhir, dia tersenyum. Senyum yang mengingatkan Minho dengan seseorang.
                “Hyun Jae” ucap Minho tanpa sadar.
                “Apa?” tanya Taemin yang tidak jelas mendengar suara Minho tadi. Sedangkan Minho tidak menanggapi pertanyaan Taemin dan masih saja menatap sosok bernama Hyun Jae tersebut.
                “Mereka adalah yeoja yang populer di kampus” ujar Taemin yang menyadari pandangan Minho kearah ‘para bidadari’ tersebut.
                “Yang sedang memegangi kado itu adalah Eun Hee. Yang memegang kertas itu adalah Yongri. Mereka adalah yeoja popular dikampus dan sangat banyak namja yang merebutkan mereka, tapi tidak ada yang menjadi pacarnya. Sebenarnya aku menyukai Eun Hee. Tapi sangat banyak namja yang menyukainya, jadi ku urungkan saja niat ku” kata Taemin menjelaskan panjang lebar.
                “Lalu, yeoja itu?” tanya Minho.
                “Dia, Hyun Jae. Kata orang-orang dia itu pengikutnya Yongri dan Eun Hee. Tapi menurutku mereka tidak terlihat seperti itu, bahkan menurut ku Eun Hee bisa cantik seperti sekarang karena berteman dengan Hyun Jae. “
“Kau tahu banyak tentang mereka?”
“Ya, tentu saja. Eun Hee itu dulu tidak populer seperti sekarang, tetapi sejak Hyun Jae pindah kekampus kami 2 tahun yang lalu dan berteman dengan Eun Hee dan Yongri, mereka menjadi begitu terkenal dan akhirnya aku tidak berani lagi mendekati Eun Hee. Dasar Hyun Jae”
“Bukannya dengan begitu dia telah membantu mu membuat Eun Hee menjadi lebih cantik? Seharusnya kau berterima kasih pada Hyun Jae” bela Minho.
“Betul juga” ujar Taemin mengangguk tanda setuju. “Hei, kau mau kemana?” tanya Taemin ketika menyadari Minho bangkit dari kursinya.
***
                “Hyun Jae, apa kau merasa kalau namja itu terus saja memandangi mu?” ujar Eun Hee.
                “Maksud mu aku? Mana mungkin, semua namja dikampus ini jika ingin memandangi kita, yang akan dipandangi nya itu kau”
                “Tidak, aku sungguh-sungguh, Yongri coba kau lihat namja itu. Dia sedang memandangi Hyun Jae kan?”
                Yongri yang sedari tadi hanya memandangi surat yang berisi puisi dari Jinki menegakkan kepalanya dan menoleh kearah Eun Hee.
                “Mana?” tanya Yongri kepada Eun Hee.
                “Itu, yang duduk disamping Taemin” ujar Eun Hee menunjukkan jari telunjuknya yang diikuti oleh mata Yongri.
                “Betul, dia memandangi mu Hyun Jae”
                “Apa kau mengenalnya?”
                “Tidak, aku tidak mengenalnya” kata Hyun Jae. “Sudahlah, jangan membahas itu lagi. Bukankah kalian ingin membeli baju? Ayo berangkat sekarang, sebelum aku kehilangan mood untuk memilihkan kalian pakaian”
                “Anyeong” sapa seorang namja, namja yang sedari tadi dibicarakan oleh Eun Hee, Yongri dan Hyun Jae.
                “Hyun Jae, kau benar-benar Hyun Jae bukan?” tanya nya.
                “Nuguseyo?” tanya Hyun Jae.
                “Aku Minho, kau tidak mengenalku?”
                “Tidak, mungkin kau salah orang”
                “Tidak mungkin, nama mu Hyun Jae kan?”
Taemin’s POV
                “Hei, kau mau kemana?” tanya ku pada Minho ketika menyadari dia bangkit dari kursinya dan berjalan kearah meja yang ditempati oleh Eun Hee and the gank. Mau apa dia berjalan kesana? Aku akhirnya memutuskan untuk mengejarnya.
                “Kenalkan, dia Minho. Dia baru saja pindah kekampus ini hari ini” kata ku menjelaskan kepada Eun Hee cs.
                “Iya, kami baru saja mengenalnya” kata Yongri.
                “Maaf, kami ingin pergi kesuatu tempat, permisi” kata Hyun Jae.
                “Iya, maaf ya Taemin. Kami harus pergi.” kata Eun Hee.
                “Minho, apa kau sadar baru saja Eun Hee menyebut namaku?” kata ku tidak percaya mendengar Eun Hee memanggil nama ku. Jantung ku hampir saja lepas dari tempatnya karena kaget mendengar nya menyebut namaku, memang agak sedikit berlebihan, tapi ini kenyataan, jantungku seolah berhenti berdetak saat dia menyebut namaku.  
                “Minho? Kemana dia?” tanya ku pada diriku sendiri yang menyadari bahwa Minho tidak berdiri disamping ku lagi.
***
                Minho mengikuti Hyun Jae dan chingudeul nya hingga sampai kesebuah toko yang khusus menjual berbagai kebutuhan para yeoja dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Pelayan toko menyapa mereka, seperti nya mereka sudh menjadi pembeli langganan di toko itu. Minho berjalan pelan dan agak menjauh dari mereka. Minho melihat Hyun Jae  memilihkan baju untuk Yongri dan Eun Hee. Hyun Jae kelihatan sangat berbakat dalam bidang tersebut. ‘Benarkah itu Hyun Jae?’ pikir nya dalam hati. Hyun Jae yang dikenalnya bukan seorang yeoja yang feminim, tetapi seorang yeoja yang cuek dengan penampilan dan bersikap lebih seperti namja.
Hyun Jae’s POV
                “Menurut mu bagaimana kalau aku membeli tas baru? Tas ku yang sekarang sudah rusak” kata Yongri bertanya padaku.
                “Baiklah, aku akan memilihkan untuk mu” ujar ku mantap. Ah.. aku sangat suka memilihkan tas untuk Yongri.
                “Pilihkan juga untuk ku, Hyun Jae” pinta Eun Hee pada ku.
                “Tidak” jawabku langsung.
                “Kenapa?” rengek Eun Hee.
                “Kau akan mendapatkan tas baru besok, jadi sebaiknya kau menggunakan uang mu itu untuk hal yang lebih berguna” kata ku mantap
                “Wah, kau sekarang juga berbakat jadi peramal ya Hyun Jae?” ujar Yongri kagum.
                “Bukan begitu,tapi sepertinya Dong Wook akan membelikan mu tas”
                “Benarkah?”
                “Ya,” ujar ku. Seketika kepala ku pusing, terasa berat dan pandangan ku buram. Samar-samar ku mendengar suara Yongri dan Eun Hee memanggil namaku.
End of Hyun Jae’s POV 
                “Hyun Jae” teriak Yongri dan Eun Hee bersamaan ketika melihat kaki Hyun Jae tidak kuat menopang tubuhnya hingga ia terjatuh. Tepat saat Hyun Jae hampir merebahkan tubuhnya dilantai yang dingin, sepasang tangan dengan sigap nya menopang tubuh Hyun Jae.
“Minho” teriak Yongri dan Eun Hee yang bersamaan kembali.  Tangan yang menopang tubuh Hyun Jae tersebut adalah tangan Minho. Dengan sigap ia menggendong tubuh Hyun Jae dan membawa nya berjalan keluar dari toko tersebut.
“Ikut mobil ku saja, tempat parkir nya lebih dekat” ujar Minho. Yongri dan Eun Hee yang masih kaget hanya menurut saja dengan kata-kata Minho. Minho membawanya ke sebuah klinik terdekat dari toko tersebut.
“Ada apa dengan Hun Jae, dokter?” tanya Minho kepada seseorang yang berpakaian putih-putih.
“Dia hanya pingsan karena kelelahan, selain itu dia tidak apa-apa. Setelah dia siuman,dia sudah bisa pulang” kata dokter kemudian berlalu pergi.
“Syukurlah,” ucap Yongri.
“Aku sudah menghubungi Kibum oppa, katanya sebentar lagi dia akan datang kemari,” kata Eun Hee yang baru saja muncul setelah pergi keluar untuk menghubungi Kibum.
“Minho, kenapa kau mendadak muncul di toko tadi?” tanya Yongri.
“Apa kau mengikuti kami?” todong Eun Hee.
Minho hanya mengangguk tanda setuju.
***
Minho’s POV
                Yongri dan Eun Hee sudah pergi, mereka kembali ketoko untuk mengambil mobil mereka. Dan aku, aku sedang menunggui Hyun Jae. Aku duduk disamping ranjang dimana Hyun Jae terbaring. Wajahnya begitu tenang, kubelai rambutnya yang hitam. Kukesampingkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya itu. Wajahnya memang Hyun Jae, uri Hyun Jae. Tapi dia sangat berbeda, tidak seperti dulu. Sekarang dia terlihat feminim dengan rambut panjang nya itu. Apa mungkin dia bukan Hyun Jae? Dia sama sekali tidak seperti Hyun Jae, dia lebih feminim dibandinkan Hyun Jae yang dulu. Apa mungkin aku salah orang? Tidak, mana mungkin. Wajahnya saja masih terbayang dengan jelas di pikiran ku dan wajah ini benar-benar wajah milik Hyun Jae.
                “Kau siapa?” tanya seorang namja kepadaku. Aku berbalik dan menatap wajah nya dengan seksama. “Minho” ujar nya kaget bersamaan dengan ku yang juga kaget melihatnya. “Kibum?”
                “Sedang apa kau disini?” tanya Kibum padaku.
                “Aku sedang menunggu nya, dia Hyun Jae kan?”
                “Keluar lah, aku ingin bicara dengan mu. Aku tidak ingin mengganggu Hyun Jae beristirahat” ujar Kibum mengajakku keluar dari kamar Hyun Jae dan aku menurut saja dengan nya.
                BRUKK,,, Aku jatuh tersungkur kelantai tanpa sempat ku sadari bahwa Kibum mendaratkan sebuah pukulan diwajah ku. Aku menyeka darah yang keluar dari sudut bibir ku kemudian bangkit.
End of Minho’s POV
                “Jangan Kibum oppa,” ujar Yongri.
 “Kenapa kau memukulnya? Dia adalah namja yang telah menolong Hyun Jae,” kata Eun Hee sekembalinya mereka mengambil mobil yang ditinggalkan di toko. Kibum berhenti mencoba memukul Minho, dia pergi meniggalkan Minho begitu saja.
                “Wah, kau sudah bangun Hyun Jae?” tanya Eun Hee yang tidak perlu dijawab ketika dia memasuki ruang rawat Hyun Jae.
                “Kenapa kau ada disini?” tanya Hyun Jae pada Minho yang masuk dibelakang Eun Hee.
“Kau tahu Hyun Jae, dia yang sudah membantu mu. Mungkin kalau tidak ada dia kami sudah kesusahan mengangkat tubuh mu yang berat” kata Yongri.
“Kau!” ujar Hyun Jae mendelik tajam kearah Yongri. yang telah menyebut diri nya dengan kata ‘berat’. “Minho, gomawo” ujar nya lagi dengan lembut kepada Minho.
“Cheonmaneyo” sahut Minho.
“Minho, benarkah kau baru saja pindah?” tanya Eun Hee.
“Iya” jawab Minho singkat.
“Kau pindah darimana?” tanya Hyun Jae.
“Aku baru saja pindah dari Busan, aku meninggalkan Seoul 7 tahun yang lalu. Apa kau sudah lupa Hyun Jae?”
“Maksudmu lupa bagaimana?”
“Kau benar-benar tidak mengingat ku?”
“Bibir mu kenapa Minho?” tanya Hyun Jae tanpa menjawab pertanyaan Minho ketika menyadari ada luka di ujung bibir pada wajah tampan seorang Choi Minho.
“Ah, ini. tidak apa-apa”
“Tidak apa-apa bagaimana? Semua itu karena oppa kesayangan mu itu salah paham. Dia mengira Minho yang  membuat mu pingsan” celetuk Eun Hee.
“Oh, maafkan oppa ku Minho. Maafkan sikap nya, dia begitu menyayangi ku, tapi terkadang sikap nya berlebihan.”
“Tidak apa-apa” jawab Minho ramah dengan senyum yang mampu melelehkan tumpukan es di kutub utara dan selatan kalau saja es itu adalah seorang yeoja.
Kibum’s POV
Ada apa dengannya? Namja itu, Minho. Setelah dia pergi meninggalkan Hyun Jae tanpa pamit sekarang dia muncul begitu saja dihadapan Hyun Jae ketika dia sudah bisa menghilangkan trauma nya? Aku berjalan gontai menuju kamar Hyun Jae setelah mengurus administrasi perawatan Hyun Jae.
“Minho, aku ingin bicara dengan mu,” kataku ketika memasuki kamar dimana Hyun Jae dirawat.
“Aku keluar sebentar,” kata Minho pada Hyun Jae.
“Untuk apa lagi kau menemui Hyun Jae?” kataku ketika kami sudah berjalan cukup jauh dari kamar rawat Hyun Jae.
“Ada apa dengan nya? Kenapa dia tidak mengingat ku lagi?”
“Memangnya pantas kau untuk diingat, hah? Kau tidak ingat telah meninggalkannya begitu saja?” ujar ku dengan nada yang semakin meninggi. Aku tidak peduli lagi dengan dimana tempat aku berteriak sekarang. Meskipun semua orang memandangi ku dengan tatapan ‘disini-rumah-sakit’ tapi aku tidak dapat menahan emosi ku.
“Kenapa Hyun Jae melupakanku?”
“Kau memang pantas untuk dilupakan” ujar ku geram.
“Apa yang terjadi Kibum?” tanya nya tanpa terbawa emosi. Emosi ku yang tadinya naik turun kini mereda. Aku luluh oleh tatapannya yang teduh.
“Ceritanya panjang” ujar ku kemudian menjelaskan kejadian yang terjadi padanya. Dia terduduk di lantai, wajahnya tanpa ekspresi. “Karena itu, sekarang biarkan dia hidup dengan tenang. Keadaan sekarang lebih baik untuk nya” kata ku memohon.
Minho berdiri dari tempat duduk nya. “Bagaimana jika aku bisa membuatnya mengingat ku lagi?” tantang Minho padaku.
“Maksud mu?”
“Aku bersedia untuk tidak muncul lagi dihadapan Hyun Jae, tapi beri aku waktu untuk membuat nya mengingat ku kembali. Tapi jika dia tidak juga mengingat ku, aku bersedia meninggalkannya”
Aku tidak langsung menyetujui permintaan nya. Bagaimana bisa dia berpikiran seperti itu. Tidak masuk akal.
“Bagaimana?” tanya nya. Aku masih sja terdiam tak menjawab pertanyaan nya.
“Kau kuberi waktu satu bulan,” kataku. Apa aku terlalu keterlaluan? Bagaimana bisa seseorang membuat orang yang lupa ingatan untuk mengingatnya lagi hanya dalam satu bulan? Biar saja, aku tidak ingin Hyun Jae mengingatnya lagi.
“Aku setuju,” ujarnya.
“Baiklah, aku juga setuju” ucapku mantap. Kuulurkan tangan ku dan disambut Minho untuk berjabatan dengan ku.
End of Kibum’s POV
Hyun Jae’POV
                Kemana saja oppa dan Minho pergi? Aku berjalan keluar kamar meninggalkan meninggalkan Eun Hee dan Yongri yang sibuk sendiri dengan BB nya. Update status,,,
                Aku berjalan lumayan jauh dari kamar ku, tepat beberapa meter lagi kulihat Kibum oppa dan Minho sedang berjabatan tangan. Baru saja aku berpikir yang bukan-bukan bahwa Kibum oppa mungkin akan memukuli Minho. Paboya,,,
Aku berlari kecil kearah mereka berdua. “Oppa” sapa ku pada oppa ku itu.
                “Kenapa kau keluar kamar? Dimana Eun Hee dan Yongri, kenapa mereka tidak menjagamu?” kata Kibum oppa mengomel sambil berjalan kekamar mendahului ku.
                “Tadi kalian ngapain?” tanya ku pada Minho.
                “Rahasia”
                “Kasih tahu aku,” ucap ku memohon. Menurut ku aku sudah memasang wajah memelas yang paling memelas yang bisa aku tampakkan pada wajah ku.
                “Kami baru saja taruhan,” katanya singkat.
                “Taruhan dengan Kibum oppa? Kau taruhan apa? Bolehkah aku membantumu? Aku sangat ingin mengalahkan Kibum oppa”
                “Tentu saja kau harus menolong ku” kata Minho.
                                                                                                    ***
                Hari ini Minho meminta ku untuk membantunya latihan basket agar bisa memenangkan taruhan dari Kibum oppa. Yang benar saja? Dia memintaku untuk main basket dengan nya? Ada-ada saja. Memegang bola basket saja aku tidak pernah, bagaimana bisa aku membantunya latihan basket. Tapi karena aku sudah terlanjur berjanji dengan nya akhirnya aku mau menemaninya bermain basket. Meskipun aku sudah mengatakan padanya bahwa aku tidak bisa bermain basket, dia tetap saja meminta ku untuk membantunya latihan.
                Aku berangkat kelapangan yang dimaksud oleh Minho. Sebuah lapangan basket yang hanya memiliki satu ring basket dan terlihat tak terawat lagi. Mengapa Minho memilih tempat ini untuk latihan? Tak berapa lama Minho datang. Dia mengeluarkan bola basket dari dalam tas yang dibawanya kemudian melemparkan kearah ku. Aku menangkapnya dengan sigap. Wow, ternyata aku lumayan handal untuk menangkap bola. Minho tersenyum kearah ku. Kami memulai permainan tanpa aba-aba. Aku langsung mengerti bagaimana cara bermain basket. Setelah sekian lama bermain, aku akhirnya kalah. Wajar saja, ini pertama kalinya aku main basket. Minho menyerahkan botol minumnya padaku. Aku meminumnya.
                “Ternyata kau masih ingat cara bermain basket,” kata Minho.
                “Ingat bagaimana? Ini pertama kalinya aku bermain basket. Tak kusangka ternyata aku juga jago bermain basket” kata ku penuh semangat.
End of Hyun Jae’s POV
***
                Drrttt...drttt...
                Handphone Hyun Jae bergetar, diambil nya handphone itu dari dalam tas nya kemudian ditekan nya tombol hijau pada handphone tersebut.
                “Yobseyo” sapa Hyun Jae pada orang diseberang telepon tersebut.
                “Chagiya,” kata seorang namja.
                “Oppa,,” Hyun Jae histeris. “Bogoshippoyo” ucap Hyun Jae dengan manja. “Kenapa oppa tidak pulang juga?” tanya nya pada namja yang dipanggilnya oppa itu.
                “Maafkan aku chagiya, tapi aku disini sibuk sekali. Banyak hal yang harus kukerjakan, jadi aku tidak bisa pulang”
                “Kau jahat oppa, kau terlalu lama disana. Atau jangan-jangan kau sudah jatuh cinta dengan yeoja disana sehingga tidak ingin pulang lagi?” rajuk Hyun Jae.
                “Mwo, mana mungkin aku seperti itu”
                “Lalu kenapa oppa tidak juga pulang, seharusnya kan studi oppa disana hanya 1 tahun?”
                “Sudah dulu ya chagiya, aku sangat sibuk”
                Bep, telepon terputus. ‘Dasar oppa’ gerutu Hyun Jae dalam hati.
Yongri’s POV
                Hyun Jae menutup ponsel nya dengan wajah penuh kekesalan. Wajah nya sangat lucu ketika marah. Dia baru saja menerima telepon dari Jonghyun oppa. Jonghyun oppa baru saja berbohong padanya bahwa dia tidak bisa pulang, padahal saat ini dia tepat berada dibelakang Hyun Jae. Jonghyun oppa meletakkan telunjuk nya dibibir nya memberitahukan kami untuk diam.
                “Hyun Jae, sepertinya kami harus pergi kesuatu tempat,” kata ku sambil menarik tangan Eun Hee.
                “Kemana? Aku belum selesai makannya? Kalau begitu aku ikut,” cerocos Hyun Jae.
                “Jangan,” ujar ku setengah berteriak pada Hyun Jae.
                “Kau kenapa Yongri?” kata Hyun Jae yang kaget karena tidak biasa mendengar ku berteriak.
                “Tidak, tidak apa-apa,” ucap ku cepat. “Ya sudah, kami pergi dulu” ucap ku lagi menarik-narik tangan Eun Hee yang tidak juga mengerti maksud ku untuk membiarkan Jonghyun dan Hyun Jae berdua.
End of Yongri’s POV
                Jonghyun yang masih berdiri tepat dibelakang Hyun Jae yang sedang duduk menghabiskan makanan nya mendekati Hyun Jae. Baru saja ia hendak mengejutkan Hyun Jae, Minho datang dari arah yang sama dengan Jonghyun dan duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Eun Hee.
                “Hei,” kata Minho menyapa Hyun Jae yang menekuk wajahnya. “Lucu sekali wajah mu? Kenapa kau?” tanya Minho pada Hyun Jae.
                “Aku sedang kesal,” jawab Hyun Jae setengah marah.
Jonghyun POV
                Aku menghentikan langkah ku ketika seorang namja yang berjalan mendahului ku duduk disamping nya. Namja itu sangat akrab dengan Hyun Jae. Apakah sekarang Hyun Jae sudah memiliki namjachingu? Tiba-tiba saja aku agak takut mendekati nya. Tadinya aku yang ingin memberi kejutan padanya, tetapi malah aku yang terkejut karenanya.
                “Hahahaha,,wajah mu masih saja aneh ketika sedang kesal,” ucap namja itu seperti sudah lama mengenal Hyun Jae. Hyun Jae yang sedang merajuk memalingkan wajahnya dari namja itu sehingga Hyun Jae melihatku.
                “Oppa,” teriak Hyun Jae mendekati ku. “Kau jahat sekali pada ku, kau bilang kau tidak bisa pulang ternyata kau malah tiba-tiba muncul,” gerutu Hyun Jae pada ku sambil memukuli dadaku.
“Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya ingin memberimu keju,,” belum sempat aku menyelesaikan kata-kata ku tiba-tiba dia memelukku. Kusambut pelukannya itu.
“Terima kasih oppa, kau sudah pulang” ucap nya sedikit terisak. Kulepaskan pelukan ku kemudian kuangkat wajahnya dengan kedua belah tangan ku. Kulihat bulir air mata sedang bergumul di kedua kelopak mata nya. Kuseka air matanya dengan kedua ibu jari ku.
“Kenapa kau menangis chagiya?” tanyaku heran padanya.
“Apa oppa tidak tahu kalau aku begitu merindukan mu,” kata Hyun Jae dengan manja membuat awan hitam yang baru saja menyelimuti hati ku digantikan oleh pelangi yang indah.
“Benarkah?” tanya ku.
“Ne,” jawabnya singkat disertai anggukan kepala yang berulang. “Oh, iya. Aku kenalkan kau dengan teman baru ku,” kata nya riang.
End of Jonghyun’s POV

tbc

hahaha,, gimana ya kelanjutannya???
author juga masih belum tau lo,,, 
jgn lupa rcl ya,,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar